Sejarah Kurban

Sejarah Kurban pada Zaman Nabi Adam AS

Bermula ketika adanya perselisihan antara Habil dan Qabil. Qabil lahir kembar dengan Iqlima, sementara Habil lahir kembar dengan Labuda. Sesuai perintah Allah, maka anak-anak Nabi Adam harus menikah dengan saudara yang bukan pasangan kembarnya (persilangan). Qabil dengan Lubuda dan Habil dengan Iqlima. Namun, perintah tersebut dibantah oleh Qabil, ia beralasan tidak menyukai Labuda karena Labuda tidak secantik Iqlima.

Untuk menengahi perselisihan tersebut, kemudian Nabi Adam AS meminta pertolongan kepada Allah untuk sebuah solusi. Hingga Allah memerintahkan Qabil dan Habil untuk mempersembahkan kurban sebagai syarat menikah. Nabi Adam AS pun meminta kedua putranya untuk menyiapkan kurban. Lalu, Kurban siapa yang diterima Allah? Maka, dialah yang berhak menentukan dengan siapa akan menikah. Habil yang hidup sebagai penggembala, mempersiapkan kurban dengan membawa domba jantan terbaik miliknya ke atas bukit. Sementara, Qabil mempersembahakan kurban dengan yang paling jelek. Dan Kurban dari Habil yang diterima oleh Allah, karena Habil mempersembahkan Kurban dengan kurban yang terbaik. Melihat kenyataan tersebut, Qabil tidak terima dan sangat marah sehingga ia membunuh Habil. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalan Surat Al–Maidah ayat 27 yang artinya:

“Ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al-Maidah: 27)

Dari kisah sejarah tentang kurban tersebut dijelaskan bahwa hendaknya kita berkuban dari hewan terbaik yang dimiliki serta meniatkan di hati kita bahwa semua ibadah ini hanya semata-mata hanya untuk mengharapkan ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala semata.

Sejarah Kurban pada Zaman Nabi Ibrahim AS

Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Allah memberi wahyu melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim AS untuk mempersembahkan Nabi Ismail AS putera kesayangannya. Tentu saja, hal ini menjadi sebuah ujian berat bagi Nabi Ibrahim AS. Putra yang diharap-harapkan dan didambakannya puluhan tahun yang seharusnya menjadi pewaris keturunannya. Namun, harus disembelih olehnya untuk dijadikan kurban yang akan dipersembahkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala. Bisa dibayangkan betapa bimbangnya hati Nabi Ibrahim AS pada saat itu.

Akan tetapi, Nabi Ibrahim tetap berprasangka baik dan yakin atas kebesaran Allah SWT bahwa semua ini adalah perintah yang datang dari Allah. Sehingga Nabi Ibrahim AS menyampaikan wahyu melalui mimpinya itu kepada Nabi Ismail AS, sebagaimana dikisahkan di dalam Al-Quran:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Qs. As-Saffat: 102)

Dengan keteguhan hatinya Nabi Ismail As menjawab dengan penuh keikhlasan bahwa Nabi Ismail As bersedia menjalankan perintah tersebut. Namun, terbuktilah kebesaran Allah ketika Nabi Ibrahim As hendak menyembelih Nabi Ismail AS menggunakan parang yang sangat tajam, tiba-tiba saja parang tersebut menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kemudian, turunlah firman Allah yang berbunyi,

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah). Kami berseru dan memanggilnya, “Wahai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor (kambing) sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, “Selamat sejahtera bagi Ibrahim.  (Qs. As-Saffat: 103-109)

Sejarah Kurban pada Zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam

Dari kisah Nabi Adam As dan Nabi Ibrahim As, kita akan membahas mengenai syariat kurban di  zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, syariat kurban kemudian berkembang hingga sampai saat ini dan akan terus ada sampai akhir zaman nanti. Perintah kurban di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi diabadikan di dalam Alquran. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

“Maka, laksanakanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah.”(Qs. Al-Kautsar: 3)

Dalam Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim pernah menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkurban dengan dua ekor kambing yang putih warnanya serta besar tanduknya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan kurban pada saat melaksanakan Haji Wada di Mina.

Pada saat itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih 100 ekor unta, 63 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan sisanya disembelih oleh Ali bin Abu Thalib. Keseluruhan hewan kurban tersebut disembelih setelah melaksanakan ibadah shalat Idul Adha.

Comments are closed.