Kita sebagai orang tua tentu senantiasa berharap, berdoa dan berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak kita kelak menjadi anak-anak shalih dan anak-anak yang mampu memberikan manfaat bagi yang lain. Maka, mendidik anak adalah tanggung jawab siapa? Apakah orang tua? Sekolah dan para gurunya? Mari kita simak ulasannya:
1. Beruntung Orang Tua yang Memiliki Anak Shalih
Sangatlah beruntung orang tua yang berhasil mendidik anak mereka, sehingga bisa menjadi anak yang shalih dan mampu membantu orang tuanya, mampu mendoakan orang tuanya dan bisa membahagiakan mereka bahkan mampu menjaga nama baik kedua orang tuanya. MasyaAllah… Sangatlah beruntung orang tua yang mempunya anak shalih, bahkan anak yang shalih dapat menjadi investasi akhirat yang pahalanya akan terus mengalir. Dalam sebuah hadist pernah dijelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim No.1631)
2. Tanggung Jawab Orang Tua
Tanggung jawab pendidikan anak ini harus ditangani langsung oleh kedua orang tuanya. Para pendidik yang mendidik anak di sekolah, hanyalah partner bagi orang tua dalam proses pendidikan anak. Orang tua harus berusaha keras untuk mendidik anaknya dalam lingkungan ketaatan, karena mendidik anak adalah tanggung jawab kedua orang tuanya agar mereka mampu menjadi anak yang shalih. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Al-Hakim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).
Mengenai tanggung jawab pendidikan anak terdapat perkataan yang berharga dari imam Abu al-Hamid al-Ghazali rahimahullah. Beliau berkata, “Perlu diketahui bahwa metode untuk melatih/mendidik anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari urusan yang lainnya. Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan qalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga dan murni yang belum dibentuk dan diukir. Dia menerima apa pun yang diukirkan padanya dan menyerap apa pun yang ditanamkan padanya. Jika dia dibiasakan dan dididik untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Dan setiap orang yang mendidiknya, baik itu orang tua maupun para pendidiknya yang lain akan turut memperoleh pahala sebagaimana sang anak memperoleh pahala atas amalan kebaikan yang dilakukannya. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan binasa serta dosa yang diperbuatnya turut ditanggung oleh orang-orang yang berkewajiban mendidiknya” (Ihya Ulum al-Din 3/72).
Semoga bermanfaat dan jangan lupa bagikan artikel ini jika bermanfaat.
Comments are closed.