Memuliakan orang tua
Uwais Al Qarni adalah sosok pemuda yang sholeh dan sangat memuliakan ibunya. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Suatu hari, sang ibu yang sudah tua sangat ingin pergi baitullah.
“Anakku, mungkin ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,”pintanya.
Uwais terus berpikir untuk mencari jalan keluar agar ibunya bisa berangkat ke tanah suci. Mengingat saat itu Uwais tidak memiliki cukup uang. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu dan dibuatlah kandang di puncak bukit. Setiap pagi, ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit.
Saat tiba musim haji, Uwais merasa otot-ototnya sudah kuat dan siap mengangkat beban berat. Dia pun menggendong sang ibu dari Yaman ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika di tanah suci, sang ibu begitu terharu dan bercucuran air mata karena bisa melihat Baitullah.
Di hadapan Ka’bah ibu dan anak itu berdoa, “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu.”Lantas bagaimana dengan dosamu? Tanya sang Ibu, Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah rida dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Setelah kita mengetahui kisah Uwais Al Qarni. Mari kita simak kisah selanjutnya, Kilab bin Umayyah bin Askar. Uwaid dan Kilab adalah contoh dua pemuda yang memuliakan orang tuanya.
Kilab bin Umayyah bin Askar memiliki ayah dan ibu yang sudah tua. Setiap pagi dan petang, dia selalu menyiapkan susu untuk keduanya. Satu waktu, Kilab diajak untuk berperang dan Kilab tertarik untuk berperang. Kemudian ayah Kilab, Umaiyah bin Askar menemui Umar yang berada di masjid. Umaiyah rindu dengan Kilab. Dia mengatakan, “Aku dicela. Kamu telah mencelaku tiada batas dan kamu tidak tahu penderitaan yang kurasakan. Seandainya kerinduan yang mendalam membelah hati, niscaya hatiku telah terbelah karena kerinduan kepadanya.”
Ayahnya begitu merindukan sang anak. Umar menangis, lalu beliau menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari agar memulangkan Kilab ke Madinah. Ketika Umar bertemu Kilab, beliau mengatakan, “Sejauh mana kamu berbuat baik kepada orang tuamu?”Kilab menjawab, “Aku mementingkannya dengan mencukupi kebutuhannya. Jika aku hendak memerah susu untuknya. Maka, aku memilih onta betina yang paling gemuk, paling sehat dan paling banyak susunya.”
Kemudian Umar memerintahkan Kilab agar memerah susu onta untuk bapaknya seperti yang biasa dia lakukan. Lalu, Umar menyodorkan gelas susu itu kepada Umaiyah. Ketika Umaiyah mendekatkan gelas ke mulutnya, dia berkata, “Demi Allah, aku mencium bau kedua tangan Kilab.”
Umar mengatakan, “Ini Kilab, dia ada di sini. Kami yang menyuruhnya pulang.”Mengetahui hal itu, Umaiyah pun menangis. Anaknya yang ia sayangi kini berada di dekatnya. Umar bersama orang-orang yang hadir juga menangis. Setelah itu, Kilab tidak pernah lagi meninggalkan orang tuanya sampai mereka wafat.
Sahabat, ternyata begitu luar biasa kisahnya. Kita harus selalu ingat bahwa, “Uang bisa dicari, ilmu bisa digali. Tapi kesempatan untuk membahagiakan orang tua tidak akan pernah terulang kembali.”
MasyaAllah ya sahabat, orang tua kita itu adalah sosok yang luar biasa, tak kenal lelah untuk membahagiakan kita dan wajahnya selalu tersenyum. Walaupun begitu banyak masalah yang dihadapinya. Maka sudah seharusnya kita berbuat baik kepada orang tua. Bagi yang orang tuanya masih hidup yuk bahagiakan mereka, berikan hadiah istimewa kepada mereka dengan wakaf Quran.
Comments are closed.