KEUTAMAAN DAN AMALAN DI BULAN DZULHIJJAH

Hari ini Selasa, 27 Mei 2025 Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) beserta perwakilan organisasi keagamaan akan melakukan penetapan 1 Dzulhijjah 1446 H pada sidang isbat, di sidang tersebut akan ditetapkan kapan mulainya bulan Dzulhijjah.

Dzulhijjah merupakan bulan ke dua belas dalam kalender hijriah. Pada bulan ini kaum muslimin melaksanakan rukun islam yang ke lima bagi yang mampu, yaitu ibadah haji antara tanggal 8 sampai 12 dzulhijjah. Pada tanggal 9, umat islam yang berhaji melaksanakan wukuf dipadang arafah, sedangkan umat islam yang belum bisa melaksanakan haji disunnahkan untuk melaksanakan puasa sunnah yang disebut dengan puasa arafah.

Keutamaan Bulan Dzulhijjah 

Rasulullah SAW menjelaskan tentang keutamaan bulan Dzulhijjah yang pahalanya disejajarkan dengan pahala pada bulan Ramadhan:

"Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah."  (HR. Bukhari no. 1912 dan Muslim no. 1089).

Berikut merupakan keutamaan dari bulan Dzulhijjah: 

1. Sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijjah

Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak amal ibadah, terutama pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda:

"Tidak ada hari di mana amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amalan yang dilakukan pada 10 hari pertama Dzulhijjah." Para sahabat bertanya: “Tidak pula ditandingi dengan jihad fi sabilillah?” Rasulullah menjawab: “Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali jika orang tersebut keluar berjihad lalu sesuatu membahayakan diri dan hartanya, lalu ia kembali dalam keadaan tidak membawa apa pun.” (HR. Bukhari no. 969)

Hadis ini menunjukkan betapa besar nilai amal saleh yang dilakukan pada hari-hari tersebut. Ibadah seperti shalat, puasa, sedekah, dzikir, dan membaca Al-Qur’an akan mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda. Bahkan, amal itu lebih utama daripada jihad di jalan Allah, kecuali dalam kondisi yang sangat luar biasa.

2. Bulan Haji

Haji merupakan rukun islam yang ke-5, Allah mewajibkan kaum muslim untuk melaksanakan ibadah haji untuk menyempurnakan rukun islam. Pada bulan Dzulhijjah lah waktu pelaksanaan ibadah haji tersebut, oleh sebab itu bulan Dzulhijjah juga disebut sebagai bulan Haji.

3. Bulan yang diharamkan untuk Berperang

Dalam Islam, bulan haram adalah bulan-bulan yang dijaga kehormatannya, dan di dalamnya umat Islam dilarang untuk melakukan peperangan, kecuali jika berada dalam kondisi membela diri. Ketetapan mengenai bulan-bulan haram ini dijelaskan dalam Al-Qur’an, Surah At-Taubah ayat 36, yang artinya:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. At-Taubah: 36)

Ayat ini menunjukkan bahwa keempat bulan haram yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajab memiliki keistimewaan tersendiri di sisi Allah SWT. Karena kemuliaannya, umat Islam dilarang berperang atau melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain pada bulan-bulan tersebut, kecuali dalam keadaan darurat untuk mempertahankan diri.

4. Pelaksanaan Ibadah Kurban

Keutamaan bulan Dzulhijjah berikutnya adalah melaksanakan kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai bentuk ketakwaan dan ketaatan. Ibadah ini juga mengajarkan tentang meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang penuh keikhlasan.

 

Amalan dibulan Dzulhijjah 

1. Puasa sepuluh hari pertama Hijriyah

Pada puasa sepuluh hari pertama bulan hijriyah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu puasa pada tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah disebut dengan puasa Dzulhijjah, tanggal 8 disebut sebagai puasa sunnah Tarwiyah, dan pada tanggal 9 disebut dengan puasa Arafah. Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

2. Takbir dan Dzikir

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad disebutkan:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya,” (HR Ahmad).

Hadis ini menegaskan bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah waktu yang sangat mulia dan agung di sisi Allah SWT. Amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini sangat dicintai oleh Allah, melebihi hari-hari lainnya. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak dzikir, khususnya tahlil (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰه), takbir (اللّٰهُ أَكْبَر), dan tahmid (الْحَمْدُ لِلّٰه), serta memperbanyak amal kebaikan lainnya sebagai bentuk ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT.

3. Melaksanakan ibadah Haji dan Umrah bagi yang mampu

Dalam Al-qur’an surat Al-Hajj ayat 27 yang berbunyi:

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

“Dan serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah mewajibkan kaum muslimin yang mampu dalam segi fisik, mental, dan finansial untuk mengerjakan ibadah haji ke Baitullah. 

4. Memperbanyak amal Sholeh 

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang sangat istimewa dalam Islam. Pada hari-hari tersebut, amal shalih memiliki nilai pahala yang besar. Hal ini berdasarkan berbagai dalil, termasuk hadis Rasulullah yang menyatakan bahwa tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai Allah selain pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.

Amal shalih yang dianjurkan untuk diperbanyak pada waktu ini mencakup berbagai bentuk ibadah, seperti shalat sunnah, sedekah, membaca Al-Qur’an, puasa, berdzikir (tahlil, takbir, tahmid), berdoa, hingga berkurban.

Barangsiapa yang memperbanyak amal kebaikan pada sepuluh hari tersebut, maka Allah SWT akan melipatgandakan pahalanya sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada-Nya.

5. Berqurban

Hari Raya Idul Adha, merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, dan ditandai dengan semangat berkurban, di mana kaum Muslimin berlomba-lomba menyisihkan sebagian hartanya untuk membeli hewan ternak seperti kambing, sapi, atau unta. Hewan-hewan ini kemudian disembelih setelah pelaksanaan salat Idul Adha dan dapat dilaksanakan hingga tiga hari berikutnya, yang dikenal sebagai hari-hari tasyrik (11–13 Dzulhijjah).

Ibadah menyembelih hewan qurban disebut udhiyah, dan merupakan syariat yang Allah tetapkan, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَ

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurban lah.”  (QS. Al-Kautsar [108]: 2)

Mayoritas ulama menafsirkan ayat ini sebagai anjuran berkurban pada hari Idul Adha (Yaum an-Nahr), sebagai bentuk ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah.

6. Bertaubat dan menjauhi maksiat

Perintah untuk bertaubat dan menjauhi maksiat merupakan kewajiban setiap Muslim. Awal bulan Dzulhijjah salah satu momen paling istimewa dalam Islam. Di saat seperti ini, kita dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan amal-amal shalih dan menjauhi segala bentuk kezaliman, baik kepada diri sendiri maupun kepada sesama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

ثُمَّ اِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِيْنَ عَمِلُوا السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابُوْا مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ وَاَصْلَحُوْٓا اِنَّ رَبَّكَ مِنْۢ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ

"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohan, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl [16]: 119)

Ayat ini menegaskan bahwa pintu ampunan selalu terbuka, khususnya bagi mereka yang menyadari kesalahannya, lalu bertaubat dan memperbaiki diri. Maka, awal Dzulhijjah adalah saat yang sangat tepat untuk memperbaharui tobat dan memperkuat komitmen dalam ketaatan kepada Allah.

Daftar Pustaka:

Comments are closed.