Mereguk Manisnya Iman dengan Berzakat

Zakat merupakan salah satu ibadah yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebut sebagai "Burhan" maksudnya bahwa zakat menjadi bukti riil yang mengindikasikan kebenaran lman. Karena lman bukan hanya pernyataan kosong tanpa pembuktian. Konsekuensi lman atau bentuk lman terwujud saat ia mampu menjalankan ketentuan-ketentuan Allah, termasuk membayar zakat.

Membayar zakat tak bisa lepas dari unsur ruhiyah. Suasana batin seseorang mempengaruhi apa yang ia zakatkan. Bahkan akan sangat terasa berbeda jika seseorang berzakat secara fisik,  namun hatinya masih merasa berat. Dibandingkan dengan ia yang berzakat dengan lapang dada, dilakukan dengan ikhlas bahkan hati akan merasa nyaman dan menerima apa yang telah dilakukan dan apa yang telah Allah berikan. Dari sini kita akan menemukan bagaimana seseorang yang telah merasakan nikmatnya iman.

Upaya merasakan kenikmatan lman tersebut ternyata tidak mudah, karena hawa nafsu mempengaruhi manusia untuk mencintai harta dan materi. Hawa nafsu juga yang menanamkan persepsi bahwa harta adalah ukuran standar kenyamanan hidup yang harus diraih. Nafsu juga memaksa manusia untuk menggunakan semua energi yang ia miliki demi mengumpulkan materi. Disamping itu, cinta dunia juga membuat orang takut hartanya berkurang. Apalagi jika harta itu diberikan kepada orang lain secara cuma-cuma tanpa mendapatkan gantinya yang setimpal. Oleh karena itu, Abu Darda mengatakan, "Orang yang membayar zakat tanpa mengharap imbalan selain dari Allah pasti ia seorang mukmin."

Sahabat, ingatlah bahwa apa yang kita keluarkan itu sebenarnya tidak berkurang atau pun pergi. Melainkan, ia bertambah dan kekal menjadi pemberat amalan kita di akhirat. Bahkan saat kita mampu memberi dengan hati yang tulus ikhlas, maka Allah akan memberikan ganti dengan yang berkali-kali lipat. Jadi, masihkah kita merasa berat untuk memberi dan menunaikan hak orang lain? Sebelum, nikmat dan kesempatan yang Allah berikan dicabut dari diri kita. Mari tunaikan kewajiban zakatnya

Allah menandai para ahli surga sifat mereka yang suka memberi tanpa pamrih dari manusia.

"Dan mereka memberi makan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhoan Alloh, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (Qs. Al-lnsan: 8-9)

Semoga paparan diatas membuktikan akan keajaiban zakat dengan memberi atau berbagi kepada orang lain menjadi sebab turunnya Rahmat dan berkah dari Allah. Aamiin.

Comments are closed.